Kamis, 17 Oktober 2019

Pah... Jadi ayah itu susah

Pah ternyata jadi ayah itu susah ya..

Pertama kali dipikiran begitu menikah dan memutuskan punya anak adalah gue akan menjadi kepala rumah tangga. Setau gue yang namanya kepala itu menjadi yang utama, yang di sanjung, yang di layani, diberi fasilitas. Coba kalo kita lihat misalnya kepala sekolah, kepala negara, semua memiliki otoritas dan fasilitas yang luar biasa. lain hal dengan kepala charger. we'll get to that later..

or we don't get to that...

Dari kecil gue selalu membayangkan kalo ayah itu tugasnya hanya pergi mencari uang. Pagi-pagi dengan selalu tergesa gesa turun dari tangga mencomot satu unit apel.

gue : "mah, papa telat papa berangkat dulu ya"
istri : *sambil mengoles roti dengan selai* "loh pah gak sarapan dulu?"

berlari ke garasi sudah ada supir yang membukakan pintu

gue : "ayo pak Min kita berangkat"

*pulang kantor*

*masuk rumah sambil mengendurkan dasi*

*istri menyambut membawakan tas dan menyapa*

istri :"bagaimana kantor pah?"
gue : "yah begitulah mah"

*duduk di sofa, nyalain TV*

*istri datang bawa softdrink dan mulai memijat*

Yah... memang refrensi gue agak ke-indosiar indosiar-an. tapi informasi mana lagi yang bisa gue dapatkan waktu kecil selain dari sinetron dan film-film superhero jaman dulu? lebih aneh lagi kalo gue tiap pagi keluar rumah untuk menjadi pahlawan kebajikan menumpas kejahatan.

Ternyata menjadi seorang kepala itu susahnya bukan main. Apapun itu, kepala rumah tangga, kepala negara, kepala char..... ah sudahlah.
Sejak kecil sepertinya imajinasi gue tentang kepala keluarga sudah di set terlalu tinggi. Ditekankan kepada apa hak-hak yang akan didapat ketika kita menjadi seorang kepala. Tapi gue lupa, seiring hak luar biasa yang para kepala dapatkan. Ada kewajiban luar biasa yang harus di emban.

Gue lupaa kalo jadi kepala keluarga itu harus siap hidup bukan untuk dirinya. Terutama jika kita sudah menjadi ayah.

Gimana caranya si pah, hidup bertahun-tahun gak egois?

Pertama kali jalanin jadi ayah. Bayangan imajinasi di atas ilang semua. Berganti dengan tanggung jawab yang sangat besar dan kewajiban yang bertubi-tubi. Yang paling diutamakan itu bukan dirinya, tapi istri dan anaknya. Apakah anaknya cukup makan cukup pakaian cukup hangat? apakah istrinya bisa tidur nyenyak dan makan enak? apakah mereka bahagia dengan hidup yang diberikan? semua tentang keluarganya. buat dirinya? sudahlah... asal bisa makan indomie setelah pulang kerja aja itu udah jadi reward paling besar di sisa harinya.

Sadisnya lagi, menjadi ayah itu bukan perkara sehari dua hari, bahkan seminggu dua minggu. tapi selama sisa umur kita hidup. Ayah hidup bukan untuk dirinya lagi.

Ternyata jadi ayah itu berat. Berangkat kerja dengan perasaan cemas, meninggalkan anak istri dirumah seharian. Berdoa semoga diberi kenyamanan, keselamatan, kebahagiaan untuk yang ada di rumah. Satu lagi doa spesifik, semoga si anak gak susah makannya supaya mood ibunya terus baik. Pulang dari kantor, rebah sebentar harus main dengan anak. Bukannya gak bisa terus rebahan, tapi tetap menyediakan waktu untuk anak melihat perkembangannya itu penting. Sambil berdoa semoga saat si anak besar juga bisa menyediakan waktu untuk kita. Gak sampai situ, si anak tidur, sediakan waktu pula untuk si ibu. Ucapkan terima kasih, mau menjaga, merawat dan menyabarkan diri untuk si kecil. Jangan bilang itu memang tugasnya. Itu semua adalah tugas ayah. Kan ayah kepala keluarganya. Ibu yang membantu tugas ayah menjaga anak ketika ia bekerja. Terlebih lagi waktu si kecil masih bayi. Bangun tiap 1-2 jam sekali sepanjang malam itu pasti. Ganti popok, nemenin ibu pumpingh, gendong si bayi sampai tidur lagi, memastikan mood ibu tetap baik, dengarkan semua keluh kesahnya karena itu sangat bergantung dengan jumlah asi yang keluar untuk penghidupan si bayi juga. Gak kalah dalam pikiran juga masalah besok di kantor, apakah jobdesknya bisa di selesaikan semua. Apakah gaji yang di hasilkan bisa mencukupi semua kebutuhan keluarganya.

Hal itu semua terus menerus dilakukan tanpa mengeluh. Pemimpin gak boleh ngeluh, pemimpin harus selalu kuat. Kalo pemimpinnya lemah, anak buahnya gak percaya lagi sama tempat bergantungnya. Nahkodanya harus paling tau kapalnya mau dibawa kemana.

Jadi, Ayah merupakan simbol kekuatan. Kekuatan yang di tampakkan nyata yang entah pondasinya dari mana. Konsistensi untuk terus memberi dan mengasihi sampai lupa untuk diri.

Ditengah kekuatan, kepastian, perlindungan yang diberikan, ayah tetap butuh peluk dan ucapan "terima kasih, kau hebat"














"makasi ya pah, papah hebat. semoga papah sehat selalu"


2 komentar:

  1. Aamiin... Semoga kamu akan lebih tangguh dari Papa...

    Semua akan mengalir begitu saja, secara kodrati sdh ada jalan nya, tergantung pribadi masing masing mau atau tidak menerimanya...

    BalasHapus
  2. Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
    Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
    Memiliki 8 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
    Link Alternatif :
    arena-domino.club
    arena-domino.vip
    100% Memuaskan ^-^

    BalasHapus