Kamis, 17 Oktober 2019

Pah... Jadi ayah itu susah

Pah ternyata jadi ayah itu susah ya..

Pertama kali dipikiran begitu menikah dan memutuskan punya anak adalah gue akan menjadi kepala rumah tangga. Setau gue yang namanya kepala itu menjadi yang utama, yang di sanjung, yang di layani, diberi fasilitas. Coba kalo kita lihat misalnya kepala sekolah, kepala negara, semua memiliki otoritas dan fasilitas yang luar biasa. lain hal dengan kepala charger. we'll get to that later..

or we don't get to that...

Dari kecil gue selalu membayangkan kalo ayah itu tugasnya hanya pergi mencari uang. Pagi-pagi dengan selalu tergesa gesa turun dari tangga mencomot satu unit apel.

gue : "mah, papa telat papa berangkat dulu ya"
istri : *sambil mengoles roti dengan selai* "loh pah gak sarapan dulu?"

berlari ke garasi sudah ada supir yang membukakan pintu

gue : "ayo pak Min kita berangkat"

*pulang kantor*

*masuk rumah sambil mengendurkan dasi*

*istri menyambut membawakan tas dan menyapa*

istri :"bagaimana kantor pah?"
gue : "yah begitulah mah"

*duduk di sofa, nyalain TV*

*istri datang bawa softdrink dan mulai memijat*

Yah... memang refrensi gue agak ke-indosiar indosiar-an. tapi informasi mana lagi yang bisa gue dapatkan waktu kecil selain dari sinetron dan film-film superhero jaman dulu? lebih aneh lagi kalo gue tiap pagi keluar rumah untuk menjadi pahlawan kebajikan menumpas kejahatan.

Ternyata menjadi seorang kepala itu susahnya bukan main. Apapun itu, kepala rumah tangga, kepala negara, kepala char..... ah sudahlah.
Sejak kecil sepertinya imajinasi gue tentang kepala keluarga sudah di set terlalu tinggi. Ditekankan kepada apa hak-hak yang akan didapat ketika kita menjadi seorang kepala. Tapi gue lupa, seiring hak luar biasa yang para kepala dapatkan. Ada kewajiban luar biasa yang harus di emban.

Gue lupaa kalo jadi kepala keluarga itu harus siap hidup bukan untuk dirinya. Terutama jika kita sudah menjadi ayah.

Gimana caranya si pah, hidup bertahun-tahun gak egois?

Pertama kali jalanin jadi ayah. Bayangan imajinasi di atas ilang semua. Berganti dengan tanggung jawab yang sangat besar dan kewajiban yang bertubi-tubi. Yang paling diutamakan itu bukan dirinya, tapi istri dan anaknya. Apakah anaknya cukup makan cukup pakaian cukup hangat? apakah istrinya bisa tidur nyenyak dan makan enak? apakah mereka bahagia dengan hidup yang diberikan? semua tentang keluarganya. buat dirinya? sudahlah... asal bisa makan indomie setelah pulang kerja aja itu udah jadi reward paling besar di sisa harinya.

Sadisnya lagi, menjadi ayah itu bukan perkara sehari dua hari, bahkan seminggu dua minggu. tapi selama sisa umur kita hidup. Ayah hidup bukan untuk dirinya lagi.

Ternyata jadi ayah itu berat. Berangkat kerja dengan perasaan cemas, meninggalkan anak istri dirumah seharian. Berdoa semoga diberi kenyamanan, keselamatan, kebahagiaan untuk yang ada di rumah. Satu lagi doa spesifik, semoga si anak gak susah makannya supaya mood ibunya terus baik. Pulang dari kantor, rebah sebentar harus main dengan anak. Bukannya gak bisa terus rebahan, tapi tetap menyediakan waktu untuk anak melihat perkembangannya itu penting. Sambil berdoa semoga saat si anak besar juga bisa menyediakan waktu untuk kita. Gak sampai situ, si anak tidur, sediakan waktu pula untuk si ibu. Ucapkan terima kasih, mau menjaga, merawat dan menyabarkan diri untuk si kecil. Jangan bilang itu memang tugasnya. Itu semua adalah tugas ayah. Kan ayah kepala keluarganya. Ibu yang membantu tugas ayah menjaga anak ketika ia bekerja. Terlebih lagi waktu si kecil masih bayi. Bangun tiap 1-2 jam sekali sepanjang malam itu pasti. Ganti popok, nemenin ibu pumpingh, gendong si bayi sampai tidur lagi, memastikan mood ibu tetap baik, dengarkan semua keluh kesahnya karena itu sangat bergantung dengan jumlah asi yang keluar untuk penghidupan si bayi juga. Gak kalah dalam pikiran juga masalah besok di kantor, apakah jobdesknya bisa di selesaikan semua. Apakah gaji yang di hasilkan bisa mencukupi semua kebutuhan keluarganya.

Hal itu semua terus menerus dilakukan tanpa mengeluh. Pemimpin gak boleh ngeluh, pemimpin harus selalu kuat. Kalo pemimpinnya lemah, anak buahnya gak percaya lagi sama tempat bergantungnya. Nahkodanya harus paling tau kapalnya mau dibawa kemana.

Jadi, Ayah merupakan simbol kekuatan. Kekuatan yang di tampakkan nyata yang entah pondasinya dari mana. Konsistensi untuk terus memberi dan mengasihi sampai lupa untuk diri.

Ditengah kekuatan, kepastian, perlindungan yang diberikan, ayah tetap butuh peluk dan ucapan "terima kasih, kau hebat"














"makasi ya pah, papah hebat. semoga papah sehat selalu"


Kamis, 24 September 2015

Ipad drum cover

Setelah banyak bisnis yang gue jalani, seperti jualan keripik, jualan kaos, jualan ijazah, joki 3 in 1 sampe jualan keong di depan SD inpres. Gue menyadari satu hal yang ada dalam diri gue... suatu bakat terpendam...

"ya... bakat gue adalah sebagai musisi..."

Hampir semua alat musik gue bisa mainin. Gitar, drum, suling upacara. Tapi gak jago, hanya sekedar bisa.

Sampai akhirnya gue menemukan alat musik yang benar-benar gue mahir memainkannya, yaitu...

Drum sentuh..

Yaitu aplikasi musikal perkusi yang dapat di setting sesuka hati dan berbunyi seperti drum.

Drum XD

belakangan ini gue sering berlatih drum digital ini dirumah, lama kelamaanpun gue makin mahir memainkannya. Sebenarnya gue pilih drum digital ini karena gue masih belum mampu untuk membeli drum asli. Namun, kenapa gak gue manfaatkan saja yang ada? ya kan? seperti kata pepatah "air susu dibalas air force one"

Berikut beberapa lagu yang gue cover dengan ipad drum..



Mah.. Pah.. Hutan kelapa sawit kita yang ribuan hektar itu bakar saja pah, atau tebang untuk dibuat tusuk gigi. Tambang minyak keluarga kita di kuwait, berikan saja kepada keluarga alm Adjie Masaid, mungkin anak keturunannya masih tetap konsisten menganggap minyak seperti air. Untuk kedepannya, aku akan fokus di Drum Ipad.

Rabu, 23 September 2015

sixpack vs buncit

“cowok buncit itu sexy, ngangenin, lucu”

Menurut gue pernyataan di atas masih di ragukan, apakah benar wanita mengidamkan lelaki berperut buncit? Karena kebanyakan dari postingan tersebut yang mengunggahnya adalah kaum lelaki itu sendiri, dan kebanyakan dari mereka adalah berperut buncit. Gue belum pernah liat wanita yang memposting meme seperti itu ke media sosialnya.

Jadi keabsahan dalil tersebut masih diragukan, menurut buqhari al muslim raadiallahu anhu.
Selain fenomena “pria berperut buncit itu sexy”, lebih lanjut sering kita temukan pula postingan
“pria berperut sixpack gay”.

Biasanya komentar-komentar ini gue temukan pas lagi ada acara L-men. Dimana pria berperut kotak-kotak roti sobek BoBo memperebutkan juara satu sebagai pria berbadan indah. Banyak sekali gue liat (pada waktu itu) di twitter seperti cemoohan (kebanyakan) laki-laki berkomentar

“percuma sixpack kalo suka cowo”

“percuma kotak-kotak tapi ngondek”

Menurut gue pernyataan tadi sangat subjektif. Yang gue liat di TV sih mereka gak ngondek, ya tapi gue gatau juga kalo di kagetin ternyata latahnya jorok.

“eh jorok jorok jorok..!” gak lucu kan? Bodo!

“Namun hadist yang memperkuat dalil tersebut juga masih lemah” –ustadz Udin (adit,sopo & jarwo,2015)

Dari kedua fenomena di atas gue membuat sebuah quisioner yang akan dijawab oleh sebagian besar kontak wanita di line gue. Mereka harus menjawab dengan objektif bahwa mereka lebih memilih pria berperut buncit atau sixpack.

tim buncit

tim sixpack
Dari 25 sample yang gue berikan kuisioner. 2 orang tidak menjawab. Dari 23 orang yang memberikan jawaban 12 diantaranya memilih sixpack namun tidak terlalu sixpack dan 11 sisanya memilih buncit namun tidak terlalu buncit.

Dari hasil penelitian yang gue lakukan diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki bertubuh proporsional cenderung sixpack lebih banyak disukai wanita. Hal tersebut diasumsikan bahwa mereka yang berperut sixpack lebih memiliki gaya hidup sehat dan peduli kepada kesehatan dirinya.

Untuk laki-laki berperut buncit juga lumayan hampir menyamai angka perolehan cowok sixpack, artinya laki-laki berperut buncit masih lumayan banyak peminatnya.

pertanyaannya, mengapa lelaki berperut buncit seakan menyerang lelaki berperut sixpack? dan selalu mengunggulkan perut mereka yang besar?

Bagaimana menurut anda?

Baiklah kita telisik fenomena kedua
“cowok sixpack gay”

Gue mencoba berpendapat se netral mungkin, mengapa orang yang pergi ke gym dicurigai gay?

karena tempat gym juga salah satu tempat gay mencari mangsa. Namanya gay kan suka sesama jenis dan pastinya di tempat gym itu kebanyakan adalah laki-laki. Mungkin kalo mereka mencari mangsa di dufan atau di indomaret itu mungkin akan menyulitkan mereka sendiri. Tapi dapat dikatakan tidak semua yang pergi ke gym adalah penyuka sesame jenis, toh di taman lawang mereka tidak pergi ke gym. Mungkin juga jika mereka pergi ke gym akan lebih mendekatkan appearance mereka ke Chris John dibanding ke Ashanty, pasar mereka pun akan kabur.

Generalisasi dari semua orang yang pergi ke gym adalah gay inilah yang mebuat stereotip baru, dan orang yang bertubuh atletispun terkena imbasnya dicurigai gay karena mereka juga membentuk badan di tempat gym, walaupun mungkin ada yang membentuk badan bukan di gym, misalnya dirumah, disekolah, tempat kerja, dirumah yang deket sekolah, di rumah yang jadi tempat kerja,  di sekolah yang homeschooling, atau di sekolah tempatnya bekerja.

Masalah ganteng atau jeleknya perut buncit atau sixpack sebenarnya bergantung pada wajah, banyak juga cowo sixpack yang ikut kompetisi local tapi mukanya kaya perkedel jagung. Atau banyak juga cowo yang perutnya buncit tapi mukanya ganteng.

Tapi menurut gue pribadi perut buncit itu gak bagus, beneran deh, coba lo bayangin kalo david beckham perutnya kaya mat solar? Nah! Keram kan otak kanan lu? Atau Jason Statham tapi perutnya kaya farhat abbas? Apa gak malah mirip sutan bathoegana?? Sebenarnya bukan masalah ganteng atau tidak, jika dinilai dari baik atau tidak secara kesehatan sebenarnya pria berperut buncit itu tidak sehat, karena lemak yang menumpuk pada bagian tubuh dapat menyebabkan berbagai penyakit.

Jadi untuk kesimpulannya apakah perut anda buncit, rata ataupun sixpack, kalo muka lu jelek kelar idup lu wakakakakakak.

Rabu, 28 Januari 2015

selamat ulang tahun mah..

Sudah terlalu lama gue gak nulis di blog ini lagi, jangankan nulis, mengunjunginyapun tidak, bukan karena sibuk, tapi lebih karena modem gue gak aktif dari jaman presiden BJ Habibie masih menjabat.

Ada beberapa temen gue yang minta buat gue nulis lagi, ya hanya beberapa.. karena gue tetap menjaga sebagian besar dari temen gue untuk gak baca blog gue. Biar mereka gak tau kalo gue pernah smoothing.

Ya.. smoothing..

Hari ini 28 Januari 2015 nyokap gue ulang tahun ke 44. Yang artinya waktu 28 januari 2002 dia ultah yang ke 31.

Di hari ultah ini mungkin akan sangat tepat kalo gue nulis tentang nyokap gue.
Baiklah kita mulai..

***


Nama beliau adalah Murtawati, tanpa embel-embel nama besar ataupun gelar, namun tak menjadikan ia kecil ataupun remeh, ia adalah wanita terkuat di keluarga kami, kami menobatkannya menjadi pahlawan karena ia satu-satunya orang yang kami kenal tidak pernah ada keluhan sedikitpun keluar dari bibirnya, betapapun beban dipikul yang akan membuat orang lain akan menjerit atau bahkan menyerah.

Dia ibu kami, wanita yang belum pernah mengenyam bangku kuliah namun mampu men-sarjanakan kami, terutama saya, kelak adik saya. Saya jadi teringat waktu saya masih di taman kanak-kanak, waktu itu musim hujan. Di waktu pagi seorang anak dengan sangat malasnya bangun ke kamar mandi karena cuaca sangat bersahabat dengan kasur dan guling. Seorang ibu yang setengah marah mulai meneriaki anak itu untuk mandi dan bersiap pergi ke sekolah. Akhirnya anak itu diantar oleh sang ibu pergi ke sekolah di cuaca hujan tidak begitu lebat, tentunya menggunakan payung. Perjalanan ke sekolah tidak begitu menarik untuk diceritakan sampai ibu dan anak itu sampai di turunan sekolah, jalanan banjir.

Sang anak dalam hati gembira karena ia yakin sekolah tidak akan buka. Namun lain hal dengan sang ibu, sang ibu sangat bersikeras untuk menyekolahkan anaknya, menurutnya ketinggian air hanya beberapa senti tidak akan berpengaruh, aspalpun masih jelas terlihat dari permukaan air. “disana gak banjir, ayok ah nanti telat” kata sang ibu. Sang anak mulai terpaksa berjalan dengan beban di leher seberat kepalan menahan dongkol.

Tak disangka makin berjalan banjir makin tinggi, entah air yang meninggi ataupun daratan yang melandai, sang anak mulai gusar dan sang ibu berinisiatif untuk menggemblok sang anak, perjalanan dilanjutkan. Beberapa puluh meter ditempuh sang ibu menerobos air dengan menggemblok sang anak .
Sang anak kembali gusar karena ketinggian air mulai sampai betis ibunya, namun sang ibu tetap berjalan menuju sekolah anaknya, airpun terus meninggi.

Sang ibu dan anak akhirnya sampai di gerbang sekolah dengan ketinggian air sudah mencapai setengah paha.  Bersamaan dengan sampainya kepala sekolah sang anak keluar dari pintu dan member itahu sang ibu “libur bu, banjir” dan sang ibu menjawab “sampe masuk ke dalem bu? Yaudah deh”.

Akhirnya sang ibu dan anak itu kembali pulang, dengan si anak tetap ada di gemblokan ibunya untuk setengah perjalanan pulang menerobos banjir.

Anak dan ibu adalah saya dan ibu saya. Waktu itu saya hanya merasa senang karena hari itu libur sekolah. Sejak saat itu saya tidak pernah melupakan kejadian itu, sampai saat ini. Saya hanya membayangkan perjuangan ibu saya untuk anaknya bersekolah, padahal apa salahnya kita menyimpulkan terlebih dahulu bahwa sekolah libur, tanpa harus meyakinkan untuk datang, toh itu hanya taman kanak-kanak.

Karena ibu saya sangat menghargai pendidikan.

Ya itu jawaban yang tepat.

Beliau tau bahwa pendidikan merupakan modal penting untuk bekal kehidupan kelak. maka ketika saya mulai malas belajar, saya mulai teringat dengan kejadian itu, dan kembali menguatkan diri untuk membuktikan bahwa kakinya yang terendam air berpenyakit tidak akan sia-sia.
Pertanyaannya hanya satu. Akankah saya menghargai pendidikan sampai seperti itu? atau akankah kamu menghargai pendidikan sampai seperti itu?

Ibu kami seorang yang terlalu kuat bahkan jika dibandingkan dengan manusia terkuat yang dapat merobek yellow pages. Seperti dikatakan di awal beliau tidak pernah mengeluh. Tentu saja tidak dalam bahasa yang sebenarnya, beliau sering mengeluh ketika kami tidak mencuci piring, tidak membereskan tempat tidur atau menggunakan minyak goreng terlalu banyak hanya untuk menggoreng nugget. Tapi saya kembali teringat dengan kejadian beberapa tahun lampau ketika sang anak telah duduk di sekolah menengah pertama.

Waktu itu keadaan keluarga kami memang belum mapan, jauh sebelum Adijaya didirikan. Kami mengontrak di sebuah petakan 3 himpit, dengan tetangga di kanan dan kiri. Ayah saya baru saja keluar dari pekerjaannya, ibu saya tidak ada sumber pemasukan sama sekali hanya bergantung dari sang Ayah.

Kondisi yang menurut saya adalah titik nol di kehidupan keluarga kami, titik dimana dimulainya nama saya dan adik saya dijadikan nama besar sebuah perusahaan yang dapat kami banggakan sekarang.

Ayah saya waktu itu berkata pada saya. Kami berbicara layaknya antar laki-laki bukan antara Ayah dan Anak. “mama kamu itu, kalo bisa udah teriak pasti udah teriak, kalo dia gak kuat pasti dia udah pulang ke Lampung. Itulah luar biasanya mama kamu”. Kenyataannya memang kami tidak pernah mendengar dia mengeluh, yang hanya kami dengar hanya teriakan menyuruh kami ngaji atau mengecilkan suara TV.

Sekuat apa sih memangnya?

Waktu itu keadaan kami seperti terseret. Ayah kami berusaha menutupi kebutuhan sehari-hari yang juga tidak tertutupi dengan ikut adik sepupunya narik bus, ayah saya kondektur bus. Ibu saya dirumah mengurusi anaknya yang tukang minta jajan dan yang belum bisa cebok. Setiap saya ke warung bapak atau ibu warung hanya menawarkan barang yang tidak laku mereka jual “dek, itu mama mau beli telor yang pecah gak?”, kalimat yang lumayan selalu terngiang jika mengingat betapa mirisnya.

Hampir setiap hari kami makan telur dadar, dan bahkan di tambah air agar terlihat banyak. Sampai pada suatu titik, telur kami habis dan belum ada uang untuk membelinya lagi. Di dapur Ibu memasak nasi goreng, tanpa telur, dan bahkan tanpa kecap manis, bukan karena itu resep unik dari majalah nova tapi memang begitu adanya. Hanya bawang merah, garam dan cinta Ibu untuk keluarganya.
Hebatnya itu adalah nasi goreng paling enak yang saya pernah makan, bahkan saya masih ingat rasa gurihnya sampai sekarang.

Pertanyaannya, akankah saya mencintai keluarga sampai segitunya? Ataukah akankah kamu mencintai keluarga sampai segitunya?

Dari saya mulai mengerti bahasa, bisa berbicara hingga sekarang yang saya tau impian ibu saya hanya satu.

Punya rumah.

Dengan segala syukur ke pada yang maha pemberi rezeki, kami menganugrahkannya rumah di ulang tahunnya yang ke 41. Rumah kecil di pinggir kota yang kami tinggali sekarang.

Doa saya kepadanya semoga di ulang tahun yang ke 44 ini diberikan kebahagian, semoga diberikan umur dengan digit yang sedikit irasional yang diisi dengan senyuman, kesehatan dan kebaikan. Semoga apa yang kami anak-anakmu lakukan selalu menjadi kebanggaanmu.

Doakan kami terus menjadi pembahagiamu.


“Selamat ulang tahun ke 44 mah..”

Selasa, 15 Oktober 2013

Sapi Ngamuk

Idul Adha kali ini bakal jadi Idul Adha paling diingat untuk sisa idul adha selanjutnya. bukan karena gue ngerayain idul adha di Mekah, tapi karena ada satu tragedi yang menggegerkan umat se-RW 14 Cipinang Besar Utara. Tragedinya adalah..

SAPI LEPAS MASUK RUMAH...

Jadi gini ceritanya...  *nguncir rambut*

Berawal dari pagi yang cerah sehabis solat ied. Tiba-tiba gue dikejutkan oleh sesosok update-an status tante gue yang berbunyi

"gilaaaaa...... sapi masuk rumah, untung ibuku bisa menungganginya menyelamatkan diri"

Gue yang acapkali membuka recent updatepun terkejut. Ada sapi ngamuk di daerah rumah oma gue di belakang penjara cipinang ngamuk dan masuk rumah oma gue. Sesampainya gue di Cipinang gue langsung tanya-tanya cari informasi tentang insiden menggemparkan ini. 

Oma gue cerita katanya dia lagi duduk di ruang TV dan tiba-tiba dia ngeliat sapi udah masuk ke ruang tamu. Sang Oma mau masuk ke kamar tapi udah gak keburu, akhirnya dia menjauh ke pojok ruangan. Sapi itu cuma menoleh sedikit lalu melanjutkan perjalanannya ke dapur, sedangkan Oma langsung berlari keluar sembari minta tolong. Tak lama kemudian berita inipun geger sampai ke dunia maya. Karena ada korban luka dalam insiden ini 


Gue sempet cari-cari beritanya ke MetroTV, ANTV, TVone, ternyata adanya di TRANSTV, acara SKETSA (oke gue becanda). Gak berapa lama gue dapet berita dari detik.com


Setelah dibuka ternyata ada nama bokap gue di dalemnya

detik.com




















Berita-Berita Lainnya:

merdeka.com




















beritajakarta.com






















Link sumber berita:




***

Dengan segala kehebohan insiden yang ada di rumah oma gue. Gue siap jika harus menjadi saksi untuk di wawancara wartawan atau datang ke acara Bukan Empat Mata untuk meceritakan pengalaman ini atau diundang ke OVJ untuk jadi bintang tamu yang dikerjain. Mungkin ini merupakan sebuah batu loncatan untuk karir gue kedepannya di dunia pertelevisian, siapa tau bisa bikin acara kaya Caesar.

Selasa, 08 Oktober 2013

perantauan usai

Sebelom tidur sering kali gue berpikir kira-kira hidup gue ini bakal dibawa kemana, walaupun waktu siang harinya gue gapernah mikir akan kehidupan justru lakukan apa aja untuk ngejalaninnya. Karna emang sejatinya seperti itu. Kita berpikir akan kehidupan bukan diwaktu kita dapan melakukan sesuatu, waktu mau tidur, waktu pup, waktu bershower, atau wudhu di dispenser. Karena menurut gue sebenarnya  hidup itu sudah ada takdirnya, Tuhan punya rencana yang sudah fix, dan kita tinggal menjalankan.

***

Tanggal 24 September 2013 gue telah melewati seremoni sakral yang ternyata gue salah mengartikannya, gue pikir ini cuma perkara mindahin tali topi epic segi lima dari kiri ke kanan. Belakangan ini gue jadi sadar, ternyata wisuda itu lebih dari sekedar tali topi, lebih dari sekedar foto-foto dengan latar buku-buku di pinggiran GSG. Wisuda merupakan sebuah moment, perayaan dimana segala usaha perjuangan kita selama kuliah dihargai. Beberapa orang kadang kurang menghargainya, tapi kebanyakan mahasiswa yang sudah berjuang merapikan nilai, bayar utang SKS, bimbingan dengan dosen yang super sibuk, memenuhi persyaratan ujian dan wisuda yang ribetnya ngelebihin bahasa Vicky Prasetyo, merasa perlu di hargai dengan sebuah moment sebagai puncak dari keberhasilannya. Ialah Wisuda, sebuah upacara sakral dimana pesertanya dinyatakan lulus dan berhasil melewati semua tantangan yang ada dengan pemindahan tali di topi sebagai simbolnya, walaupun satu hal yang gue anggap gagal pada waktu itu, effect keyboard paduan suaranya kaya gerobak kue putu lagi pilek...

Wisuda sebagai perayaan, wisuda sebagai penghargaan, ada satu makna lebih buat gue akan wisuda. Wisuda juga sebagai tanda usainya perantauan gue di Lampung. Salah satu kota yang dulu pernah gue remehkan yang ternyata gue mendapat banyak pengalaman dan pelajaran yang mungkin gak didapat kalo gue gak kuliah disini. 3,9 tahun gue menyelesaikan pendidikan disini gue punya banyak temen yang juga banyak pengaruhnya sekaligus manfaatnya buat gue. Gue punya temen-temen di komunikasi yang sangat humble dan ahli dalam bidang-bidangnya sehingga gue bisa belajar. Gue punya temen-temen band yang sejalan dengan hobi musik gue sehingga gue bisa menghasilkan karya-karya yaitu lagu. Disini juga membuka pikiran gue sebelumnya tentang radio yang penyiarnya siaran sendirian di ruangan sempit pengap dan remang. Terlebih lagi disini gue dapet wanita pendamping yang gak ada duanya dan sahabat se-gank yang super saik. Mungkin kalo gue kuliah di tempat lain gue gak akan dapet ini semua. Mulai dari sini gue lebih percaya bahwa takdir lebih kuat dibanding usaha manusia yang pada akhirnya manusia diberikan alasan untuk lebih pandai bersyukur.

PERANTAUAN GUE SELESAI...

Gue udah balik lagi ke Jakarta. Di awal kepulangan gue ke kota asal dan meninggalkan kota perantauan, belakangan ini gue jadi sering menghitung apa yang gue udah dapet selama perantauan gue. Kira-kira apa aja ilmu yang udah gue dapet, karya apa aja yang udah gue hasilkan, ide bisnis yang gue aplikasikan sampai berapa kali pacaran yang pernah gue jalani. Kembali pada akhirnya gue sangat bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan. Tuhan memberikan semua yang gue butuhkan bukan yang gue inginkan.

***

Gue dan Lampung sekarang hanya terpisah selat yang kurang lebih cuma 31km. Jadi gue gak akan melupakan Lampung dan akan terus terhubung melalui Cichips. KERIPIK PISANG 15.000 ANEKA RASA, YANG AKAN MEMBUAT LIDAH ANDA..... (shit, fokus fokus!). Janji gue pada Lampung. Kalo gue kaya nanti, gue akan buatin Lampung 711 (seven eleven), amin.



Salam, Reza Rahardian












Rabu, 26 Juni 2013

Curhatan Anak Rantau

Men, akhir-akhir ini gue sama sekali gak bisa santai. Banyak banget hal yang harus gue kerjain. Mulai dari bimbingan jurnal skripsi, pendadaran PKL, ngebujuk pacar yang ngambek atau mempertahankan blog ini biar tetep lucu. kepala gue mau meledak

parah.....

kayanya masih lebih santai waktu kuliah di semester-semester sebelumnya. bangun terjadwal, kesiangan dikit minta absenin. nah sekarang?! ke kampus belom tentu dosen yang dicari ada. Mau nelpon takut ganggu, sms juga berat, dengan basa-basi paling tai agar dosen mau balesnya "pagi pak, hari ini cerah ya, pasti tangki bensin bapak masih penuh, pasti cukup untuk ke kampus. Mmmh pak kira-kira sekarang hari apa ya? oiya! jadwal saya bimbingan loh, gak lupa kan? hayo udah mandi belom?"

 *langsung DO*

Jadi ada iming-iming dari sepupu gue, mamanya Ryan, tau kan? yang mirip ama gue itu. klik ini aja kalo lupa. Jadi dia akan memberikan sejumlah uang jika gue bisa kompre bulan Juni. Sebenarnya persiapan kompre sudah 90%. akan tetapi ada persyaratan yang berbunyi "khs sudah di tanda tangani" sedangkan gue belom ujian PKL, nilainya belom ada di KHS.

dengan demikian pendadaran PKL/100 x 10 diintegralkan dengan gaya grafitasi 10n lalu dikonfersikan menjadi fahrenheit diperoleh hasil:

GUE BELOM BISA KOMPRE BULAN JUNI!!!

Monyet belatung! dadar laron! hanopeles betina!

Sebenernya bukan karena itu aja pikiran yang ada di pikiran gue. Waktu gue ibaratnya udah kritis, mengingat tanggal 9an Juli udah mau puasa. Maka, waktu gue kira-kira tinggal dua minggu lagi, sedangkan ujian PKL itu kira-kira mulai awal Juli, Kalo gue ujian PKL tanggal 1, itu artinya selama 3-4 hari gue harus mengusahakan sedemikian mungkin agar nilai PKL gue masuk ke KHS, lalu Print KHS untuk syarat kompre, dan secepat mungkin gue harus menentukan jadwal untuk kompre.

itu yang pertama masalah waktu.

Ada masalah lain yang sedikit menghambat, Seminar 2 dan Skripsi gue belom masuk KRS. Itu udah gue urus ke rektorat. Tapi sampe sekarang belom juga nongol di KRS gue. Itu artinya, sebelum KHS di print, gue harus nemuin ketua jurusan yang lumayan padat jadwalnya untuk memasukkan nilai seminar 2 gue.

Masalah lainnya, ketika gue kompre dan daftar wisuda. GUA MAU NGAPAIN?! teringatku pada lagu Niceole Scherzinger, ada satu lirik yang berbunyi "every finish line is the beginning of the new race". Artinya kompre itu finish line, abis itu gue harus lomba lagi..... padahal 17an masih abis lebaran. Tapi gue sedikitnya udah punya rencana pendek buat mengisi kira-kira satu taun kedepan. Kayanya gue mau memuaskan hasrat jualan gue dulu sampe bosen dan baru bantuin bokap di bidang teknik.

Gue punya rencana mau jualan keripik pisang rasa dari Lampung. menurut gue ini peluang besar si, selain karena daya beli masyarakat akan kuliner sangat tinggi, keripik pisang Lampung ini enak! 

CICHIPS BANANA CHIPS!!!


Rencana hanyalah rencana jika kita tidak mulai melangkah, artinya gue harus buat logo, gue cetak plastik, sablon kemasan, beli ke produsen. Dan ini harus gue kerjakan berbarengan dengan persiapan gue ujian PKL dan persiapan kompre. Karena ada sekitar 50an bungkus menunggu di jakarta pada awal Juli juga.

Jadi intinya ada 3 poin dengan akarnya yang harus gue selesaikan satu per satu dalam waktu kurang dari dua minggu.

Tapi gue adalah orang yang tidak meragukan kemampuan diri sendiri....gue yakin semua bisa gue selesaikan tepat pada waktunya. Ya kalo molor, geser dikit targetnya lah.....